Be The Banger

Sometimes, we want to bang the world but the world wants to bang us. Don't be afraid. Let's be the banger. Even if we're the last banger.

10.7.10

Behind The Scene Part 1: We Are Literally "Super Junior"

Dennis = Leeteuk, Casey = Heechul, Spencer = Eunhyuk, Jerome = Yesung, Aiden = Donghae, Vincent = Sungmin, Marcus = Kyuhyun, Nathan = Ryeowook, Andrew = Siwon, Mathew = Shindong, Jordan = Kangin, Joshua = Hankyung

Behind The Scene

If you feel tired, just smile. If you’re sad, just smile. If you’re angry, just smile. If you feel sick, just smile. All you have to do as an idol is smiling. Ignore all your pain and smile.

Dennis/Leeteuk Point Of View

Star King 3 June 2010 11.30 AM

“Sampai bertemu di episode berikutnya! Annyeong haseyo!” Seru Hodong menutup acara disambut tepuk tangan meriah dari para penonton dan bintang tamu. Aku berdiri dan bertepuk tangan juga. Kulihat anggota Super Junior yang lain tak bertepuk tangan semeriah aku jadi aku memberikan kode kepada mereka untuk lebih bersemangat. Untungnya mereka mengikutiku.

Setelah saling bersalaman dan berfoto, kami ke ruang ganti. Kulihat pantulan wajahku di depan cermin. Kuamati pipiku dengan cermat lalu aku mendesah lega. Untung tidak terlihat, pikirku dalam hati. Di acara tadi, Hodong Hyung sempat menanyaiku beberapa pertanyaan berbahaya dan ia sempat bertanya kenapa pipiku terlihat bengkak. Untung aku berfikir cepat dan menjawab karena make up-nya kurang bagus.

Seseorang menepuk pundakku dan aku berbalik. Ternyata Vincent.

“Hyung, aku bagaimana tadi? Cukup bagus kan?” tanyanya dengan tatapan cemas dan aku yakin ia sangat gugup menanti jawabanku.

“Kau bagus. Tetaplah seperti itu, jangan lupa tersenyum,” kataku dengan lembut. Vincent tersenyum kecil dan pergi. Meskipun tadi Vincent cukup membuatku gugup karena ia melakukan beberapa kesalahan saat acara berlangsung, tapi aku tidak berani untuk memarahinya. Bukan karena aku kurang tegas sebagai leader, kupikir lebih baik aku memberinya semangat ketimbang memarahinya.

Seseorang mengaduh. Aku berkumpul bersama teman-temanku dan melihat Nathan mengaduh kesakitan sambil memeluk perutnya.

“Kau kenapa? Sakit?” tanyaku dengan was-was. Besok kami ada schedule di MuBank dan aku tak mau Nathan sakit dan absen di acara tersebut. Karena dia akan semakin sakit.

“Aku lapar,” kata Nathan perlahan. Suaranya sangat lemah sampai nyaris tidak terdengar. Dalam hati aku berkata ‘aku juga’, tetapi aku berusaha mengatur ekspresiku agar tak terlihat.

Kami sudah tiga hari melakukan ‘diet air’. Kami tidak boleh makan apapun. Untuk menahan rasa lapar, kami minum air putih terus menerus. Alasannya karena SM Sajangnim menginginkan tubuh kami seperti tubuh-tubuh 2PM. Berotot dan terlihat gagah. Lalu ia menyuntikan kami Steroid. Steroid adalah bahan berbahaya yang biasanya dipakai binaragawan untuk mempunyai badan yang berotot. Kalau kami terlalu banyak memakainya, kami bisa mati. Sajangnim terus mendorong kami untuk memakai Steroid. Lalu badan kami berubah menjadi besar secara drastis. Kami overdosis. SM Sajangnim tidak puas dengan hasilnya. Lalu ia menyuruh kami diet air. Kami kecuali Andrew. Katanya Andrew cocok bertubuh super berotot seperti itu.

“Bertahanlah satu hari lagi. Lusa, kita baru boleh makan. Ayo minum saja air putih yang banyak, nanti laparnya juga akan hilang perlahan-lahan.”

Mathew berteriak kesal. Semua orang menatapnya kaget. “Mana bisa kita bertahan satu hari lagi! Sudah tiga hari kita tak makan apapun. Aku sudah muak dengan air putih, hyung!” Ia menendang meja lalu duduk. Dari ekspresi wajahnya dan tarikan nafasnya aku tahu ia sangat marah. Aku memandang anggota yang lain. Mereka terlihat lemas dan terus menerus meneguk air putih.

“Aku tahu. Aku tahu. Tapi kalau sekarang kita makan, minggu depan kita akan diet lagi seperti ini. Bahkan lebih parah,” kataku dengan sedikit senyuman dan intonasi yang lembut. “Nathan, jangan pingsan saat di MuBank. Tolong bantu aku. Okay?” Nathan mengangguk lemas.

__________________

Suasana di depan gedung SBS sangat ramai. Seperti biasa penuh dengan fans-fans lengkap dengan atribut mereka. Mereka meneriakkan nama-nama kami sampai suara mereka terdengar serak. Ingin sekali aku melambaikan tanganku dan tersenyum dihadapan mereka. Ingin sekali aku memberi mereka tanda tanganku. Tapi sayang aku tak bisa. Kami harus terus berjalan tanpa menghiraukan mereka.

Di mobil, masih banyak kado-kado yang diberikan fans ketika kami mengadakan acara fanmeeting beberapa hari yang lalu. Spencer mengamati salah satu kadonya dan ia tersenyum. “Hyung, boleh aku menyimpan yang ini?” tanyanya. Aku sangat benci pertanyaan itu karena aku tak bisa berkata ‘ya’.

“Kau tahu aturannya kan?” kataku tanpa melihat Spencer.

“Ah, hyung! Jebal!” katanya meminta. “Sekali ini saja.”

“Memangnya apa isi kado itu?” tanyaku basa basi.

“Biasa. Hiasan klasik. Hanya saja kado ini mengingatkanku pada rumahku,” katanya sambil tertawa kecil. Ia memutar kenop hiasan itu dan music klasik mulai terdengar. Dari hiasan itu turun salju dan memang terlihat sangat cantik. “Aku ingin pulang.”

Aku memandang Spencer dengan tatapan sedih. “Simpan di dus. Maaf aku tak boleh mengijinkanmu.”

“Tapi hyung..”

“Tidak, kau ingat apa yang Aiden dapat kemarin? Headphone Beats. Dan kau ingat kado Marcus? Nintendo Wii. Tapi mereka menurut dan rela kadonya dibuang. Sudahlah, kadomu hanya hiasan biasa. Buang saja.”

“Kalau Dennis hyung mengijinkanmu, aku juga mau mengambil salah satu kado juga,” kata Jerome.

Spencer menaruh kembali kado yang indah itu ke dalam dusnya. Bisa kurasakan ia melihatku dengan tajam. “Kau sungguh lemah, hyung,” katanya. Sekali lagi aku menghiraukannya.

Van kami akhirnya sampai di SM Entertainment. Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Suasana di sini memang selalu membuatku tegang. “Kalian jalan duluan,” kataku. Mereka semua kemudian turun dari van lalu pergi menuju gedung. Aku mengambil kado Spencer yang tadi. Memang sangat indah. Di dalamnya ada miniatur rumah dan salju yang turun membuatnya semakin indah. Aku menyelundupkan hiasan itu lalu pergi menyusul anggota yang lain.

“Kemari,” kataku sambil menarik tangan Spencer. Matanya sudah merah menahan tangis. “Ini ambil! Jangan bilang siapa-siapa! Sembunyikan.”

“Hyung! Gomawoyo!” Katanya sambil memelukku dan tangisnya pun pecah.

“Arasseo. Sudah jangan ribut!”

_________________

SM Entertainment’s Practice Room 03 June 2010 03.07 PM

Casey duduk bersender pada cermin di ruang latihan. Pandangannya kosong. Sepertinya ia baru selesai latihan karena kulihat keringat menetes di wajahnya. Aku berjalan mendekatinya.

“Aku tadi dimarahi. Katanya aku tak perlu menari lagi. Katanya lebih baik aku lip-sync. Katanya aku bukan penyanyi tapi pelawak,” katanya. Ia masih tak mau memandangku.

“Casey,” kataku sambil memegang pundaknya. Ia menyingkirkan tanganku lalu berdiri dan minum air putih. Pasti sangat berat berlatih tanpa makanan selama 3 hari berturut-turut.

Pembicaraan kami terpotong karena manager kami masuk. Aku membungkuk member hormat padanya dan tersenyum ramah, sementara Casey hanya mengangguk.

“Panggil yang lain! Sajangnim mau bertemu dengan kalian.”

Seketika aku merasa jantungku berhenti. “Ya,” kataku tegas. Manager kami pun pergi meninggalkan kami lagi.

“Kalian tadi mengacau di Star King?” Tanya Casey.

“Tidak. Semuanya normal, kecuali Nathan. Perutnya sakit karena kelaparan jadi senyumnya sedikit dipaksakan tadi.”

“Kalau kalian sukses, lalu untuk apa dia memanggil kita?”

Kurasakan bulu kudukku merinding.

______________

Semua anggota Super Junior sudah berkumpul di ruang latihan. SM datang terlambat jadi kami berlatih dulu sebentar. Ketika kami sedang berlatih, ia masuk dan suasana menjadi canggung seketika.

“Dennis,” katanya dengan dingin. Aku menghampirinya dan membungkuk dalam. “Aku tidak puas dengan hasil penjualan album kalian.” Ia mendorong kepalaku sampai terbentur ke lantai. Rasanya sangat sakit dan seketika aku merasa pusing. Aku bangkit dan membungkuk lagi. “Apa kalian mau dikalahkan oleh YG lagi seperti Sorry Sorry dikalahkan Heartbreaker? Kalian tahu sebentar lagi banyak artis-artis yang mengeluarkan album. Taeyang dengan SOLAR, SE7EN sebentar lagi comeback, Big Bang juga.”

“Mulai sekarang setiap performance hanya KRY yang memakai mic menyala, selebihnya harus lip-sync. Aiden, berhenti bermain sulap bodoh itu lagi dan fokuslah menari. Tarianmu kemarin sungguh membuatku muak,” katanya. Aiden membungkuk. Kemudian tertunduk lesu di sampingku.

“Spencer,” katanya. Aku melirik Spencer yang berdiri cukup jauh dariku. Kulihat wajahnya pucat pasi. Mungkin dia takut kadonya ketahuan dan takut aku bakal dihukum karenanya. “Kalau kau mau dicap sebagai rapper yang bagus, lakukan seperti GD atau TOP! Setiap kali aku mendengar rap-mu aku ingin menamparmu. Tak bernada, tak ada feel, biasa.” Spencer membungkuk dan sepertinya mau menangis.

“Vincent,” katanya. Vincent membungkuk. “Image-mu kubuat cute. Kenapa sekarang kau sok-sok-an jantan? Aku muak melihatnya. Percuma. Kau takkan bisa seperti Andrew.”

“Andrew, kau sudah sangat bagus. Pertahankan,”

“Mathew, Aiden, Spencer, Marcus, Vincent,” katanya sambil menunjuk satu persatu. “Kalian bilang kalian dance machine? Aku tak lihat kalian menari. Kalau kalian benar-benar bisa menari, kalahkan dancer yang lain. Kalau kalian ingin terlihat sexy, kalahkan Taeyang, kalau kalian ingin terlihat keren, kalahkan 2PM, kalau kalian ingin terlihat lincah, kalahkan SHINee. Dan jangan berharap kalian bisa kalahkan Rain.”

“Casey,” katanya. Casey tidak membungkuk. Ia hanya melihat lurus ke depan. “Kau tidak usah menyanyi. Kau jangan berlagak seperti dancer. Yang perlu kau lakukan hanya membuat orang tertawa. Sesering apapun kau latihan, kau takkan bisa sebagus yang lain.”

“Aku adalah aku,” kata Casey dingin. Semua mata melihat ke arahnya. Dan kurasakan amarah SM Sajangnim memuncak. Aku pasrah. “Kalau aku harus melakukan seluruh hal yang anda mau, aku berarti robot. Kalau Suju harus meniru semua grup lain, berarti kami kehilangan identitas kami. Kami bukan robot.”

SM Sajangnim tidak menggubrisnya, hanya saja aku tahu ia sangat marah. “Dennis, temui aku selesai latihan.”

“Ya,” kataku tegas dan mantap. Bagus, Casey. “Semuanya kembali latihan,” lanjutku. Sungguh, aku lelah.

______________

SM Entertainment’s President Office Room 03 June 2010 06.04 PM

“Ajarkan sopan santun pada Casey,” kata SM Sajangnim dingin setelah satu detik aku masuk. Ia bahkan sama sekali tidak melihatku. Aku membungkuk memberi hormat. “Kau gagal,” sambungnya. “Kemari!”

Aku menghampirinya dan seketika ia menamparku. Sangat keras sampai kurasakan panas di pipiku. Ia menamparku tepat di mana ia menamparku kemarin. Aku bangkit dan membungkuk lagi. “Tadi Hodong sempat menanyai pipimu kan? Kenapa kau tak bisa sembunyikan itu?” tanyanya sambil menampar pipiku lagi. Darah mulai menetes dari hidungku. Aku membungkuk lagi. “Kenapa Nathan terlihat lesu saat di Star King?” Katanya sambil menarik rambutku.

“Dia kelaparan,” jawabku dengan suara bergetar.

“Suruh dia untuk minum!! Haruskah aku menonjok perutnya agar tidak lapar?” katanya kasar sambil menonjok perutku. Aku menggeleng lemah. Ia menyentuh pipiku, mengelusnya. Ia merapikan rambutku lagi. Lalu ia bertanya dengan lembut, “apakah kau juga lapar? Jawab dengan jujur.”

Aku bingung harus menjawab apa. Sejujurnya aku lapar, sangat lapar tapi aku takut ini pertanyaan jebakan. Kalau aku jawab ya, aku yakin ia akan menamparku lebih keras, kalau aku jawab tidak, ia pasti akan membuatku diet lagi. “JAWAB!” katanya dengan suara yang keras. Aku bergidik dan menjawab, “ya,” tanpa berfikir. Kulihat dari sudut mataku ia tersenyum licik. Ia mendudukan aku dengan paksa. Ia mengambil makanan dari mejanya lalu menyodorkannya padaku.

“Makanlah,” katanya lembut. “Kau sudah cukup menderita.”

Aku menatapnya penuh pengharapan. Dengan tangan bergetar aku mengambil makanan itu dan memakannya. Rasanya sungguh enak. Setelah 3 hari diet air, makanan ini terasa bagai surga. Secepat kilat aku menghabiskan makanan itu. SM Sajangnim tersenyum melihatku makan. Dia juga manusia, mungkin dia merasa kasihan padaku.

“Kau masih lapar?” Tanyanya lagi. Ia mengambil piring kosong yang kupegang dan menaruhnya di meja. Aku mengangguk. “Buka mulutmu,” katanya. Sebelum aku merasa heran, ia sudah membuka paksa mulutku dan memasukan pensil kedalamnya agar aku muntah. Dan ya, seketika pula aku memuntahkan makananku yang tadi ke piring.

“Ayo makan lagi! Makanan yang tadi enak kan? Apa harus kubuat Nathan yang memakannya?” katanya sambil mendorong wajahku ke piring muntahan. Aku menolaknya. Sekuat tenaga aku menjauhkan wajahku dari piring menjijikan itu. Aku menahan nafasku agar aku tidak muntah lagi. Ia terus mendorong kepalaku dan sesekali memukulinya sampai akhirnya aku menyerah. Aku memakan kembali muntahanku dengan mulutku seperti anjing. Ya, aku telah kehilangan harga diriku. Tapi ini lebih baik ketimbang aku melihat Nathan yang memakannya.

Rasanya sangat menyiksa. Bahkan anjing pun tak mau memakannya. Tapi kupaksakan. Kuhabiskan muntahanku sampai tetes terakhir. Kurasakan nafasku berbau sampah dan bangkai. Aku menangis setelah aku menghabiskannya. Aku menangis karena aku tak bisa melakukan apa-apa selain pasrah.

“Kau cengeng, lemah, leader yang gagal,” katanya sambil menonjok mataku. Aku terjatuh dan tersungkur di lantai. Ia memanggil beberapa bodyguard dan ketika mereka datang, mereka langsung menendangiku. Bunuh saja aku, pikirku. Setelah mereka cukup puas melihatku tak berdaya, mereka membawaku ke dorm.

_____________

Super Junior’s Dorm 03 June 2010 07.37 PM

Sesampainya di dorm mereka menjatuhkanku dengan kasar di lantai lalu pergi. Aku beruaha berdiri tapi perutku sangat sakit. Jadi aku merangkak terseok-seok untuk pergi ke kamarku. Sialnya, Marcus melihatku.

“Hyung!” Serunya. Mataku bengkak sehingga aku tak bisa melihatnya dengan jelas. Yang pasti ia menangis. Bisa kurasakan airmatanya yang jatuh menetes ke wajahku. Ia memelukku dan membantuku berdiri, membopongku sampai ke sofa. Aku merebahkan tubuhku yang sakit dan menghela nafas. “Apa yang terjadi, hyung?” katanya was-was sambil memberiku minum. Suaranya sangat keras sehingga mengundang perhatian anggota yang lain.

“ANDWAE!!” seru Vincent seketika ketika melihatku babak belur. Ia menghampiriku dan menangis tersedu-sedu.

“Hyung, kenapa kau jadi begini?” Tanya Andrew dengan cemas.

“Sudahlah,” jawabku lemah. “Aku capek. Aku ingin tidur. Kalian juga istirahatlah. Jangan buat kesalahan saat tampil besok di MuBank kalau kalian tak ingin melihatku seperti ini. Bantulah aku.”

“Ini sudah keterlaluan! Sudah sering ia menyiksamu seperti binatang! Untuk apa kita terus mematuhinya kalau akhirnya ia tak pernah puas dengan jerih payah kita? Kita harus protes!” kata Casey sambil menendang meja dan kulihat wajahnya memerah menahan amarah.

“Cukup, Casey!” bentakku. “Sekuat apapun kau berusaha, kau takkan bisa menentangnya. Apa kau ingin membuatku menderita lagi? Kalian harus ingat, setiap kesalahan yang kalian lakukan, aku yang tanggung. Kalau kalian ingin melihatku mati, sana protes padanya. Kalian masih ingat apa yang terjadi pada Jordan dan Joshua? Ia mengeluarkan Jordan dan membuangnya bagaikan sampah dan berbohong pada media dengan mengatakan kalau Jordan masuk kemiliteran. Kalian tahu apa yang Jordan lakukan? Ia tak mau pakai steroid. Dan Joshua, alasan dia pergi ke China karena menentang Sajangnim ketika ia menyuruhnya membuat skandal bersama artis lain. Maka dari itu Sajangnim berkata kalau ia tak mau berkorban demi Super Junior, lebih baik ia solo karir. Dengan begitu Joshua dipulangkan ke China. Sebelum mereka dibuang, ia menyiksaku dulu! Aku sudah lelah. Jadi kumohon, beraktinglah di depannya. Kumohon lakukan apa yang kulakukan. Kumohon meskipun kalian menderita, tersenyumlah di depan kamera. Beraktinglah layaknya kalian bahagia,” jelasku sambil menangis.

“Kami akan berusaha, hyung. Sekarang lebih baik kau tidur,” kata Jerome sambil membopongku. Aku berdiri dengan susah payah, seluruh tulangku rasanya remuk. Setelah aku membaringkan tubuhku di kasur, Casey mengkompres wajahku yang memar dengan air es. Mereka semua merawatku sampai akhirnya aku tertidur. Dan entah kenapa aku bermimpi buruk.

_______________

MuBank 04 June 2010 03.16 PM

Sebelum tampil, aku mengecek wajahku dulu di cermin. Coordi-noona sudah menutupi lebam-lebamku dengan baik. Netizen takkan tahu kalau aku babak belur. Hanya mata kiriku terlihat masih hitam. Mungkin netizen takkan begitu jeli melihat wajahku. Kulihat Nathan sedang berbaring lemas di sofa. Ia terlihat sangat kelaparan. Bahkan ketika ia mencoba mengangkat botol minuman, tanganya bergetar. Aku menutup mataku untuk mengabaikannya. Kalau aku lemah dan memberikannya makanan, dia pasti akan lebih menderita.

“Nathan,” kata Aiden. “Mau kubelikan sesuatu tidak? Bibimbap atau kimchi?”

“Tidak. Aku tidak mau melihat Dennis Hyung dihukum lagi,” katanya miris. Aku tersenyum ke arahnya. “Gomawo,” kataku.

“Super Junior, siap-siap di backstage!” seru seorang crew di depan pintu ruang ganti kami.

Kami berdoa seperti biasa, mengucapkan “Fighting” dengan semangat, seperti biasa, dan dengan senyum palsu mengembang, kami tampil membawakan lagu Bonamana. Semuanya berjalan baik tanpa masalah. Entah apa yang merasuki kami, tapi kami selalu tampil semangat saat di atas panggung. Kami menghiraukan semua penderitaan kami di belakang panggung. Mungkin karena ELF yang begitu setia pada kami. Melihat mereka melambai-lambaikan tangan mereka membuat hatiku hangat. Mendengar mereka meneriakkan “Oppa, saranghae~!” dengan keras membuatku sadar aku tak boleh mengecewakan mereka. Melihat balon-balon sapphire blue yang dipegang ELF membuat kami yakin bahwa kami tidak sendirian.

Di tengah-tengah penampilan, Nathan jatuh pingsan. Tak ada yang bisa kami lakukan untuk membantunya. Setelah selesai penampilan seorang crew membopongnya ke backstage. Oh Tuhan, pikirku, aku pasti mati hari ini.

“Nathan, ayo makan kue beras ini!” kata Vincent.

“Tidak. Nanti.. Dennis hyung..” kata Nathan terbata-bata. Aku tak sanggup lagi melihatnya menderita.

“Makan saja!” teriakku. “Biarkan aku yang menanggungnya. Ayo makan, Nathan! Aku tak mau kau sakit.”

Nathan melihatku dengan pandangan kosong. Ia menghela nafas dan mengambil kue beras tadi. “Yang lainnya juga. Ayo makan saja,” kataku pasrah. Mereka semua melihat ke arahku dan menggeleng. Menolak untuk makan.

“Kami masih kuat, hyung,” kata Aiden.

“Hyung,” sahut Andrew. “Kalau nanti kau dihukum, biar kami membantumu.”

“Tidak usah. Aku sudah terbiasa, tapi kalian tidak. Biarlah aku memakan muntahan-ku sendiri nanti.”

“Kau dipaksa memakan muntahanmu sendiri?” Tanya Casey dengan nada marah. “Itu sudah keterlaluan! Dan mengapa kau tak memberitahu kami? Kita kan keluarga. Sudah seharusnya kami membantumu!”

“Bukan begini cara untuk membantuku. Kalau kalian mau membantuku, seharusnya kalian bisa menerima semua ketegasan Sajangnim.”

“Kami sudah berusaha, Hyung! Tapi Sajangnim tak pernah menghargai kami. Ia hanya membanggakan SNSD. Semuanya SNSD. Jujur, aku tak sanggup lagi, hyung,” kata Marcus sambil menahan tangis.

“Dennis,” sahut seseorang. Aku berbalik dan ternyata manager yang memanggilku. “Tadi Sajangnim menelepon dan katanya jelaskan pada media, Nathan sakit. Jangan beritahu kalau dia sebenarnya kelaparan. Dan ia ingin menemui setelah seluruh schedule di ruangannya. Kau harus kuat ya, Dennis. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang berat.”

_____________

SM Entertainment’s President Office Room 04 June 2010 08.47 PM

“Joeseonghamnida,” kataku sambil membungkuk ketika masuk ke ruangan Sajangnim. Sajangnim berdiri dari kursinya lalu dengan langkah tegap menghampiriku. Satu tamparan panas mendarat di pipi kananku. Ia hendak menonjok perutku lagi ketika seseorang menahan tangannya. Ternyata Andrew.

“Andrew!” seru Sajangnim. “Kembali ke dorm! SEKARANG!” serunya lagi sambil menunjuk ke arah pintu.

“Sudah cukup,” kata Andrew dengan sopan. “Kalau anda terus menyakitinya, mohon maaf saya harus keluar dari Super Junior.”

Aku menatap Andrew dan memberi kode untuk pergi. Tapi Andrew malah menggeleng dan menitikan air mata. Sajangnim mencengkram kerah bajuku sampai aku kesulitan bernafas. Aku sudah kekurangan energi untuk melawannya dan mencoba bernafas.

“Kau masih terikat kontrak denganku, Andrew!” Teriaknya sambil mencengkram kerahku lebih kuat.

“13 tahun aku harus tersiksa disini? 13 tahun ka uterus menyiksa Dennis Hyung? Aku lebih baik membayar 13 pengacara untuk keluar dari sini!”

Aku menggeleng dan mulai menangis. Aku benar-benar akan mati. Sajangnim menonjok wajahku tepat dihidung. Darah mulai menetes dari hidungku, dan dia mendorongku ke lantai.

“Kau tak boleh keluar dari sini!” teriaknya sambil menendang perutku. Aku terbatuk dan mulutku mulai mengeluarkan darah.

Di sudut mataku kulihat Andrew menyerang Sajangnim dan mencengkram kerahnya. “Kalau begitu, hentikan! Untuk sekali ini saja! Dia sudah cukup menderita!” teriaknya di depan wajah Sajangnim.

Mereka terus berdebat sementara aku kehilangan kesadaranku. Semuanya mulai hitam dan perlahan aku menutup mataku.

_____________

Strong Heart 07 June 2010 09.30

“Jadi bagaimana kehidupan kalian di dorm dan di Entertainment?” Tanya Hodong sambil bercanda. Aku tertawa seperti biasanya dan menjawab, “semuanya menyenangkan, tentu saja. Kami bagaikan keluarga. Aku sangat menikmati kehidupanku di sini. Iya kan, anak-anak?” Anggota yang lain mengangguk dan tertawa-tawa. Kami memainkan beberapa game dan saling bertukar lelucon. Beginilah kami di depan kamera. Tersenyum, ceria, bahagia, bagaikan tak ada hal yang mampu membuat kami bersedih.

Mulai sekarang, jangan percaya dengan apa yang kalian lihat di depan kamera karena terkadang apa yang kalian lihat bukanlah yang sesungguhnya terjadi. Jika kalian fikir kami tak bisa berakting, maka kalian salah. Setiap hari kami berakting. Bahkan seharusnya kami mendapat penghargaan karenanya. Dibalik senyuman dan keceriaan kami ada kepedihan dan air mata. Jangan pernah kalian berfikir bahwa kehidupan kami sangatlah enak sebagai seorang idola. Mendapat pujian, sambutan, dan tepuk tangan meriah mungkin terdengar bagus, tetapi caci maki, tamparan, dan penghinaan lebih mendominasi kehidupan kami.

Jadi intinya, semua yang kalian lihat dan percaya adalah ilusi.

We are Super Junior. We are literally Super Junior.”

The End

>> bukan maksud apa-apa bikin fanfic ini. Ini cuman fanfic yang pure fiktif.

Created by: @_august88

@RinaGiana

7 comments:

  1. ceritanya keren, NO cinta2an hahaha beda sama yang lain. tapi nah itu dia pas scene yg dibanding2in asa engga banget. pemilihan tokoh yg lemah memang cocok ditujukan kepada si Nathan xD. ff ini sukses membuat saya menangis diawal2 & paragraf terakhir.

    Tolong baca comment ini dengan logat Anang!

    ReplyDelete
  2. Extreme... And very intense. LOL. But it might be true, we never know. Poor Nathan. Di tengah-tengah, aku mikir endingnya Nathan bakal mati. /stres

    ReplyDelete
  3. yang bagian dibanding-bandinginnya agak rancu.jadi asa maksa.hehe.tapi bagus ko. fighting!

    ReplyDelete
  4. weys.. jago jago
    ditunggu ff lainnya..!
    insyaalloh saya baca, kalau lagi tidak haro..

    ReplyDelete
  5. weys.. jago jago
    ditunggu ff lainnya..!
    insyaalloh saya baca, kalau lagi tidak haro..

    citra.

    ReplyDelete
  6. sadis bgt tu ff. keren. hebat lah teh nita. gmana sih caranya bisa jagoan gitu? ahaha
    meitha jg sampe nangis,da yg kesukaan meitha yg merana.
    mau bikin lagi gk teh?
    ayolah bikin lagi,tp yg beda sm ff-ff yg lain,kayak yg ini,hhe *nyuruh-nyuruh*.

    uda lah. meitha.

    ReplyDelete
  7. i love this fanfic . hahaha . Far from "oppaa sarangheyoo" "hyung sarangheyoo" dan cinta-cintaan nan klise . cool :)

    ReplyDelete