Be The Banger

Sometimes, we want to bang the world but the world wants to bang us. Don't be afraid. Let's be the banger. Even if we're the last banger.

10.2.12

Winter in Spring

One Shot Fanfic
Genre: Romantic
Cast: G-Dragon (Kwon Ji-Yong), Wang Gyeoul (yourself), Yang Hyun Seok (cameo)



Winter in Spring

Lagi-lagi dia menyihirku. Dengan tatapan mata lembut dan senyum canggung yang terulas di bibir kecilnya. Jelas ia tahu siapa aku. Mungkin. Meskipun aku tak tahu apapun tentangnya, tapi tak masalah selama aku masih bisa memandang keindahannya. Bukan soal fisik, tapi keindahan yang memancar dari dalam dirinya. Seolah-olah ia bisa memudarkan semua warna. Seolah ia menarikku untuk terus memandangnya.

Aku berani bersumpah dia tidak cantik. Maksudku, dari semua teman-teman wanita yang satu profesi denganku, jelas ia tidak sepadan. Segalanya biasa. Rambutnya bagai misteri. Aku tak pernah tahu seberapa panjang rambutnya karena ia selalu mengikatnya. Menggulungnya sedemikian rupa tapi angin selalu menerbangkan rambutnya lagi. Ia mungil. Tubuhnya kecil dan terlihat rapuh. Suaranya selembut sutera dan sesekali aku mendengarnya menggumamkan sebuah lagu ketika ia sedang bosan. Alis matanya seperti bulan sabit. Menghiasi matanya yang kecil dan indah secara alami. Meskipun ia sangat biasa tapi ia spesial bagiku.

“Jiyong oppa,” sapa seseorang dan mengagetkanku. Aku mengerjap lalu memandangnya. “Boleh aku minta tanda tangan oppa?” tanyanya. Lalu ia menyodorkan selembar kertas padaku sambil menjerit-jerit manja. Aku tersenyum lalu menulis namaku dengan cepat di kertas tersebut. Gadis itu menjerit-jerit riang lagi tapi aku tidak begitu menggubrisnya. Aku kembali melirik gadis indah yang duduk di seberang mejaku. Ia masih tertegun membaca sebuah novel dan sesekali menyesap kopinya.

Aku heran mengapa ia belum pernah sekali pun menatapku atau menghampiriku dan meminta tanda tangan. Bahkan kali ini pun tidak. Padahal setiap kali aku menyempatkan diri untuk mengunjungi café ini, aku selalu berharap ia melakukannya.

Seminggu kemudian aku kembali ke café itu. Rencananya aku ingin mencari inspirasi di sana. Aku harus menyelesaikan sepuluh lagu dan tak ada seorang pun yang bisa membantuku. Aku membawa buku notes, headphone Beats, dan iPod di saku celanaku. Hari ini mendung. Awan besar kelabu seperti menuntunku kemanapun aku pergi. Dan moodku sangat jelek di hari seperti ini.

Seorang gadis berdiri di depan café dengan kepala tertunduk dan ia memegangi ponselnya. Rambut panjangnya terurai sehingga aku tak bisa melihat wajahnya. Ia mengenakan mini-dress putih dan benar-benar menghalangi jalanku.

“Permisi,” kataku dingin. Gadis itu menoleh ke arahku. Matanya sembab dan bercucuran air mata. Butuh sekitar dua detik bagiku untuk menyadari siapa dia. Dia gadis mungil yang membuatku tersihir. “Kau,” kataku singkat. Gadis itu membungkuk cukup dalam lalu masuk ke dalam café dengan terburu-buru sambil mengusapi pipinya. Ia berjalan cepat menuju kamar mandi. “Rambutnya.. terurai,” gumamku tanpa sadar.

Aku masuk ke dalam café masih dalam keadaan setengah sadar. Ya Tuhan, ia terlihat sangat menawan, bisikku dalam hati. Otakku masih berfantasi ria ketika seorang pelayan menegurku dan bertanya apa pesananku. “Coffee espresso satu. Tidak. Buatkan dua,” pesanku sambil tersenyum. Setelah beberapa saat, sebuah nampan berisi dua cangkir coffee espresso telah siap. Aku mengambil dua kantung gula dan membawa nampan itu. Langkahku terhenti. Aku hendak melangkahkan kakiku ke arah kursi yang biasa kududuki, namun sekarang entah kenapa kakiku seakan berfikir sendiri dan terus mendorongku agar aku duduk di bangku yang biasa gadis itu duduki. Dan bodohnya, aku menurut.

Aku menunggu dengan tegang sambil memaksakan telingaku untuk mendengarkan musik. Gadis itu tak kunjung datang juga. Aku membuka buku notesku dan mulai mencorat-coret isinya.

“Oh,” ujar seseorang dengan nada terkejut. Aku membuka headphone-ku lalu menoleh ke arahnya. “Maaf, aku akan cari meja lain. Maaf mengganggu,” katanya ramah sambil terus membungkuk-bungkukkan badannya.

“Aku tahu ini mejamu,” ucapku lembut. Ia terlihat terkejut sekaligus bingung. “Duduklah. Tak usah canggung begitu. Aku hanya ingin tahu novel apalagi yang akan kau baca.”

Gadis itu tersenyum lalu membungkuk kecil sekali lagi. Ia kemudian duduk di hadapanku. Aku memandang matanya yang masih sembab dan merah. “Kalau seorang gadis menangis, ia pasti berbohong dan mengatakan ia hanya kelilipan. Tapi kuyakin kau akan berdalih lain. Kenapa kau menangis? Novelnya terlalu romantiskah?”

“Ah,” ia tersipu malu lalu menjawab, “aku pembohong yang buruk.”

“Seberapa buruk?” tanyaku menggoda.

“Umm,” ia berpikir sejenak. “Cukup buruk sampai orang lain dapat membaca pikiranku sebelum aku berbohong?”

Aku tersenyum. “Aku akan mengetes seberapa buruk kau bisa berbohong.” Ia tertawa kecil. Dan aku meleleh. “Kau mengenalku?” tanyaku memancing.

“Aku sering melihatmu di café ini,” jawabnya dengan lancar. Ia tak tahu bahwa aku seorang penyanyi. Dan kurasa itu bagus.

“Kau memang tak pintar berbohong. Namamu… Haneul (Langit)?” tanyaku lagi.

Ia menggeleng.

“Umm.. Bada (Laut)?”

Ia tertawa geli lalu menggeleng.

Nabi (Kupu-kupu)?”

Lagi-lagi ia menggeleng.

Gyeoul (Musim dingin)?”

“Oh! Bagaimana kau bisa tahu?” tanyanya terkejut.

“Ahahahaha,” aku tertawa melihat ekspresi wajahnya yang lucu. “Aku juga tak tahu. Begitu melihatmu, nama-nama itu yang ada di pikiranku. Gyeoul. Pantas kau selalu dikelilingi warna putih.”

“Wang Gyeoul,” katanya memperjelas.

“Kwon Jiyong,” kataku sambil tersenyum.

“Boleh aku minum kopiku?” tanyanya.

Aku mengangguk dan memperhatikannya menikmati kopinya. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain agar ia tidak menganggapku sebagai stalker atau yang sebagainya. Aku kembali memakai headphone di telingaku dan mulai berpura-pura konsentrasi. Beberapa menit berlalu tanpa ada sepatah katapun yang keluar drai mulut kami. Dan aku semakin tegang.

“Kwon Jiyong-ssi,” katanya. Aku buru-buru melepas headphoneku dan memasang wajah serius. “Kau membuat lagu?” tanyanya. Aku tak bisa menahan senyumanku kali ini.

“Ya,” kataku sambil tersenyum. “Hanya untuk iseng.”

“Wow,” katanya lagi. “Kalau lagumu sudah jadi, boleh aku dengar?”

Aku mengangguk bersemangat. “Tentu,” ia tersenyum tapi matanya masih terlihat sedih. Aku berdehem dan memberanikan diriku untuk bertanya, “sesedih apa novelnya sehingga bisa membuatmu menangis?”

Ia terkejut, lalu tersenyum canggung. Ia menutup novelnya lalu menyesap kopinya lagi. Mungkin ia sedang berfikir. Aku sedikit menyesal telah bertanya hal seperti itu. “Kisahnya cukup tragis,” katanya pelan. Aku membetulkan letak dudukku lalu mengambil novelnya. Ia menatapku lurus dan dalam. Aku berpura-pura membaca sinopsisnya. “Ada seorang wanita yang terjebak dengan keadaannya. Ia tidak miskin, juga tidak terlalu bodoh, tapi ia sulit melepaskan pria yang telah menyakitinya. Ia tak bisa merentangkan sayapnya dan terbang bebas bagaikan burung. Sayapnya patah, tapi tak ada yang mau menyembuhkannya. Yang ia inginkan hanya cinta dari pasangannya. Tapi yang ia dapatkan hanya tamparan pedas dan kata-kata kotor. Lalu setelah semuanya membaik, bahkan terlalu baik, pasangannya pergi. Entah pergi kemana. Yang jelas ia meninggalkan wanita itu dengan seluruh luka di hatinya. Sebuah luka menganga yang rasa sakitnya merongrong di dirinya. Bahkan, bila ada seorang pria lain yang berusaha menyembuhkannya, luka itu akan semakin menyakitkan. Seperti sebuah luka besar yang diberi alkohol,” ia berhenti dan terisak. Ia mengambil tissue dari dalam tasnya lalu mengelap pipinya yang basah.

Aku membiarkannya larut dalam isakan pelannya sambil benar-benar membaca sinopsis novel itu di sampul bagian belakang. Ia berbohong. Ceritanya bukan seperti itu dan ini novel Sherlock Holmes yang tentu saja bukan cerita cinta. Aku memandangnya. Ingin rasanya tanganku ini merengkuh wajahnya yang kecil dan pucat lalu menghapus air mata yang terlalu berharga untuk dikeluarkan.

“Tapi, kau tahu, Kwon Jiyong-ssi,” katanya lagi setelah selesai menghabiskan empat lembar tissue. “Wanita itu kini merasa tenang di samping seorang pria,” lanjutnya. Jantungku bagaikan di sambar petir. Jadi, apa sekarang ia sudah punya pacar lain? Tanyaku dalam hati.

“Siapa dia?” tanyaku penasaran, nyaris tanpa sadar.

“Entahlah. Orang asing yang mengambil tempatnya lalu membayarnya dengan secangkir kopi, mungkin?” jawabnya menggoda. Aku menunduk lalu tersenyum sangat lebar.

“Ngomong-ngomong, lagu yang akan kau buat bercerita tentang apa?” tanyanya.

“Entahlah. Aku belum tahu. Aku perlu mendinginkan kepalaku untuk mendapat inspirasi.” Aku melihat ke luar jendela di mana tetesan-tetesan hujan masih turun dengan deras. “Mau menemaniku mendinginkan kepala?” ajakku.

Ia mengerutkan keningnya. Aku berdiri lalu meraih tangannya. “Kwon Jiyong-ssi, kita mau kemana?” tanyanya bingung. Aku tidak menggubrisnya dan tetap menggenggam tangannya.

Aku menuntunnya ke depan café dimana banyak orang sedang berteduh. Tidak begitu banyak mobil yang melintasi jalan ini. Aku mengambil beberapa kursi dari dalam café lalu menyusunnya membentuk lingkaran yang cukup besar di tengah jalan. Dengan tubuh yang sudah terlanjur kebasahan, aku menengadahkan tanganku di depan Gyeoul – mengajaknya menari. Ia terlihat kaget dan ragu-ragu, tapi kemudian ia tersenyum dan menyambut tanganku.

“Menari di bawah hujan,” bisikku saat kami mulai berdansa pelan. “Dengan begini, aku bisa mendinginkan kepalaku dan kau bisa menangis di depanku tanpa ada orang yang tahu.”

Ia tersenyum. Senyuman bahagia, kurasa. Sang pemilik café membawa speakernya keluar dan memasang lagu Butterfly milikku. Orang-orang di sekitar kami beretepuk tangan – entah mengapa, dan banyak paparazzi yang memotret kami. Aku tidak peduli.

“Suaranya mirip suaramu, Kwon Jiyong-ssi,” katanya lembut.

“Oh ya? Mungkin itu karena hanya suaraku yang menggema di otakmu.”

Aku memutar-mutar badannya lalu kami tertawa gembira. Beberapa orang mulai masuk ke lingkaran kami dan ikut berdansa. Kini, sang pemilik café mengganti lagunya menjadi lagu lama yang cocok untuk berdisko dan ia pun ikut menari bersama kami.

Di saat semua orang terlalu sibuk dengan tariannya, aku meraih tangan Gyeoul dan menariknya ke tubuhku. Aku memeluknya dengan erat dan ia tertawa kecil. “Biarkan aku melindungimu,” bisikku pelan.

Gyeoul melepaskan pelukanku dan mengecup pipiku. Ia tersenyum lalu mengatakan, “tak perlu.”

Keesokan harinya aku kena demam. Aku harap Gyeoul tidak kena demam juga. Foto-foto paparazzi sudah menyebar di internet dan ponselku tak henti-hentinya bergetar. Aku tahu aku berada dalam masalah besar, tapi sumpah aku tidak menyesalinya. Meskipun mungkin ribuan fans-ku akan berubah menjadi anti-fans, aku tetap manusia paling bahagia di muka bumi.

Setelah aku dan Yanggoon-sajangnim membereskan masalahku, aku kembali mengunjungi café itu. Menunggu pukul empat sore seperti biasa. Menunggu Wang Gyeoul datang dengan sebuah novel di tangannya. Menunggu senyuman canggung yang terulas di bibirnya ketika ia melihatku. Menunggu saat yang tepat sampai aku mengatakan isi hatiku.

Kami seperti teman dekat sekarang. Aku mulai membaca novel-novel yang ia baca, dan ia mulai mendengarkan musik yang aku dengarkan. Kami saling mengisi dan seisi café ini seperti milik kami. Aku tak pernah bilang yang sebenarnya tentang aku dan profesiku. Biarkanlah ia menganggapku sebagai pria biasa. Mungkin ia tak pernah membaca koran atau menonton televisi yang sedang hangat-hangatnya memberitakan aku karena ia tak pernah bertanya soal hal itu. Ditambah, ia pernah bilang bahwa ia baru saja pindah ke Seoul setelah sebelumnya ia tinggal di Paris.

Bonjour, belle,” sapaku saat ia datang dengan anggun menghampiriku. Ia memakai mini dress denim putih dengan sedikit renda di bagian dada. Dia terlihat sangat cantik. Rambutnya dalam keadaan standar, digulung asal dengan sedikit rambut yang keluar di bagian sisi wajah. Ia menjepit poninya ke atas sehingga wajahnya terlihat sangat jelas. Semakin hari aku memandangnya, ia terlihat semakin cantik.

Bonjour,” balasnya. Ia duduk lalu menyesap kopinya yang sudah aku pesankan terlebih dahulu. “Bagaimana lagumu, Kwon Jiyong-ssi?” tanyanya.

“Lancar meskipun belum selesai,” jawabku. “Kenapa? Kau tak sabar untuk mendengarnya, Wang Gyeoul-ssi?” tanyaku.

Ia terkikik. “Ya,” jawabnya. Ia memandangku dengan tatapan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dan ia telah berhasil membuat wajahku merona. “Aku takut aku takkan sempat untuk mendengarnya,” lanjutnya.

Aku mengerutkan dahiku. Aku hendak bertanya namun tak ada sedikit pun suara yang keluar. Aku terlalu takut untuk mendengar jawabannya. Aku terlalu takut ia akan bilang bahwa ia akan meninggalkanku sebelum ia tahu isi hatiku.

Ia tersenyum lalu memegang tanganku dengan lembut. “Kau.. masih mau melindungiku kan?” tanyanya misterius. Aku tak bisa melakukan apapun selain mengangguk.

“Kau sedikit aneh hari ini,” kataku. “Kenapa? Si pria dalam novel itu menyakiti wanitanya lagi?”

Gyeoul tersenyum, namun matanya berkaca-kaca. “Bukan si pria itu. Ini pria yang lainnya. Pria asing dengan segelas kopi.”

“Ada apa dengan pria itu?”

“Pria itu terlalu baik dan si wanita takut menyakiti pria itu. Wanita itu takut tak bisa melepaskan pria itu. Ia terlalu takut dengan perasaannya. Ia telah mengalami pahitnya cinta dan sekarang ia tak mau mengulanginya lagi. Sayapnya dulu pernah patah dan ia tak mau mematahkan sayap pria yang sudah mengajaknya menari menikmati indahnya hujan di musim semi. Kau tahu, Kwon Jiyong-ssi, kurasa hujan lebih baik dalam mengobati luka ketimbang alkohol,” jelasnya.

Aku tersenyum. Ia pun ikut tersenyum. Ia mengalihkan pandangannya dariku dan mulai meneliti café ini. “Aku baru tahu kalau café ini café terindah di Seoul,” ujarnya.

“Ya,” jawabku. “Café terindah dengan pengunjung terindah juga.”

Gyeoul tertawa. “Kata-katamu itu bertolak belakang dengan penampilanmu.”

“Kau tahu, Gyeoul-ssi, aku juga bukan pembohong yang handal. Terkadang saat melihatmu, kata-kata itu keluar dengan sendirinya,” jelasku. Ia tersipu.

Tak lama kemudian, Gyeoul menyeruput habis kopinya lalu berdiri. Ia merapikan pakaiannya lalu mengambil tas tangannya.

“Sudah mau pulang?” tanyaku.

“Ya,” jawabnya. “Maaf dan terima kasih, Kwon Jiyong-ssi,” lanjutnya.

“Untuk apa?” tanyaku.

Ia tersenyum lalu mengelus wajahku. “Segalanya.”

Entah kenapa namun aku merasa saat itu adalah terakhir kali aku melihatnya. Melihat punggungnya berjalan keluar café. Melihatnya berjalan dengan anggun menjauhiku. Melihatnya. Melihat Wang Gyeoul.

Aku berdiri dan jantungku berdebar dengan kencang. Aku berjalan mendekati Gyeoul dan memeluknya dari belakang. Ia sempat terkejut lalu ia memegangi tanganku yang merangkul lehernya. “Kembali lagi saat laguku sudah selesai,” bisikku pelan.

***

Aku terbangun. Angin musim semi yang hangat membelai wajahku. Aku melihat ke sekelilingku. Padang rumput yang luas dengan ilalang-ilalang tinggi melambai-lambaikan daunnya dengan lembut. Sekelompok kupu-kupu terbang dengan ceria. Gemerisik daun yang terkena angin terdengar merdu seperti petikan harpa. Langit sore yang indah berwarna jingga menyilaukan mataku. Matahari yang hampir terlelep benar-benar menunjukkan pesonanya.

Aku terduduk dengan kepala yang masih berat. Ini pasti mimpi, pikirku. Meskipun aku tahu ini mimpi, tapi aku tak mau meninggalkan pemandangan yang indah ini.Aku memegangi kepalaku yang terasa seperti ditindih batu bata sambil berdiri. Aku berusaha menyeimbangkan diriku lalu, setelah beberapa detik, aku bisa berdiri dengan kokoh.

Tepat di depanku, ada seorang gadis bertubuh kecil dan rapuh sedang duduk di atas batu besar yang berlumut sambil memeluk lututnya dan membenamkan wajahnya. Rambutnya yang panjang melambai-lambai tertiup angin. Begitu pula dengan gaun putihnya. Aku menghampirinya sambil menyibakkan ilalang-ilalang tinggi di sekitarku.

“Gyeoul-ssi?” tanyaku memastikan.

Gadis itu menoleh. “Kau sudah datang?”

“Dimana kita?” tanyaku lagi.

“Entahlah,” jawabnya tak pasti. Ia kemudian berdiri lalu memelukku. Pelukannya dingin. Sedingin es, sedingin salju. “Lagumu sudah selesai, Kwon Jiyong-ssi?”

Aku mengangguk. “Sedikit lagi.”

Ia termenung sambil memperhatikan wajahku. Aku merengkuh wajah kecilnya dan ia tersenyum hangat. Tapi, sedetik kemudian, air mata mulai menetes di pipinya. Aku mengusapnya dan ia menurunkan tanganku. Ia menggenggamnya sambil terus menangis.

“Aku tak suka melihat tangisanmu,” kataku pelan.

Ia masih menggenggam tanganku dengan tangan sedingin es. Aku meniupkan nafasku ke tangannya, berusaha menghangatkannya. Lalu beberapa saat kemudian tangannya bersinar. Seperti ada jutaan bintang kecil di sana. Aku menatap wajahnya. Seluruh tubuhnya bersinar.

“Kau seperti bintang,” ujarku. “Kau pasti bersembunyi di belakang awan selama ini.”

“Kwon Jiyong-ssi,” katanya lembut. “Berjanjilah padaku kalau kau takkan melupakanku. Berjanjilah padaku kau akan menyanyikan lagumu itu untukku.Berjanjilah kau akan selalu menyinari dunia ini seperti sinar mentari. Jangan pernah mengejarku lagi. Jangan pernah menghiburku lagi. Meskipun aku pergi meninggalkanmu, bukan berarti aku tak ada di sampingmu. Bukan berarti aku tidak mencintaimu. Hanya waktu yang tidak memperbolehkanku.”

“Gyeoul-ssi..aku..” Gyeoul kembali bersinar lagi. Kali ini sinar biru yang menyilaukan keluar dari punggungnya – membentuk sepasang sayap besar yang indah. “Jangan bilang kalau kau..” ucapku dengan suara bergetar menahan takut. Aku takut ia akan pergi, terbang melayang dengan sayapnya itu.

“Ya,” katanya. Suaranya kini terdengar samar. “Jiyong-ssi, saat kau melihat salju turun, itulah aku.” Lalu ia mulai mengepakkan sayapnya dan terbang perlahan.

“Jangan pergi tanpaku! Aku mohon bawa aku!” teriakku. “Gyeoul-ah!! Ayo kita pergi bersama-sama!”

Gyeoul tidak mendengarku. Ia telah terbang tinggi ke angkasa. Meninggalkanku dengan angin yang menderu-deru.

***

Aku terbangun dengan keringat di seluruh tubuhku dan nafas yang terengah-engah. Entah kenapa aku menangis. Jantungku berdetak dengan kencang. Aku segera bersiap dan mengambil buku notes tempat aku menulis laguku untuk Gyeoul. Gyeoul. Menyebutkan namanya saja membuat hatiku terasa seperti diiris-iris.

Aku buru-buru keluar rumah dan tak memperdulikan siapapun. Dengan perasaan khawatir yang teramat dahsyat, aku mulai berlari. Berlari menuju café di mana Gyeoul pasti menungguku.

Saat aku tiba, suara ambulans yang memekakan telinga terdengar. Aku di sambut oleh kerumunan orang yang membentuk lingkaran di tengah jalan. Aku memegangi lututku yang bergetar hebat. Ku berusaha membohongi diriku bahwa aku tak apa-apa. Aku mulai menerobos kerumunan orang itu dan melihat darah segar di mana-mana. Aku melihat gaun putih melambai-lambai yang ternodai oleh noda darah di balik selimut di atas kasur mayat yang sedang di dorong masuk ambulans. Aku menutup mulutku dan air mata mulai keluar, menetes di pipiku. Aku berusaha mengontrol nafasku dan keluar dari kerumunan.

Setitik air dingin mengenai keningku. Aku melihat ke atas dan melihat salju mulai turun. Salju? Di akhir musim semi yang hangat? Pikirku heran. Aku mengadahkan tanganku untuk menikmati sentuhan salju yang dingin dan lembut.

“Gyeoul,” kataku pelan.

Aku berusaha tersenyum dan mengabaikan apapun yang terjadi di sini. Aku, dengan wajah setenang mungkin, melenggang masuk ke dalam café dan menunggu Gyeoul. Menunggunya datang dengan novel di tangannya dan senyuman canggung di wajahnya. “Gyeoul-ssi, laguku sudah selesai. Judulnya Café.”

Setiap minggu aku menunggunya di café itu. Dengan dua cangkir coffee espresso yang tak pernah kuminum. Sayangnya Gyeoul tak pernah datang. Mungkin ia sibuk, pikirku.

***

Waktu, tolong berhenti berputar. Jangan pisahkan aku dengan dirinya.

Angin, tolong berhenti berhembus. Ini permohonan terakhirku padamu.

Gyeoul, tolong kembali. Kau harus kembali. Laguku sudah selesai, dan kau harus mendengarnya. Kau juga harus mendengar aku berkata: Aku mencintaimu.

***

14.4.11

#STUPIDLIAR #LOVESONG #BIGBANG #SE #ARRIVED!!

I CAN'T BELIEVE I FINALLY HAVE BIGBANG ALBUM!!
plus, it's Special Edition Album.


i was in school when i have this premonition that my SE Album will arrive today. i told all my friend that it's coming eventhough i'm not so sure. haha.
when i came home, i saw a quite little box and a tube near the sofa. i approached it and saw my name written on the box. if i was alone, i'd literally scream.

i grabbed it and quickly ran to my room and opened the brown box. I saw a dazzling case and i was captivated. I HEART IT SOOOO DAMN MUCCCCHHHHH!!!

it's easy to open the CD cause all you have to do is just click on the "BIGBANG" label and..poof..the CD's out.
But, the problem is.. the captivating plastic hard case. the photobook is inside it. so i have to open it first and finally see the photobook. the thing is, it's so goddamn hard to open it. You need tons of courage and..well.. a ruler to open it cause i've used my bare hand to open it, and it hurts. why you need tons of courage? because, the case looks fragile and easy to break eventho it's strong enough. GOOD LUCK WITH THAT!


YG gives us CD, 100+ pages PHOTOBOOK, YG Family Photocard, and a jumbo mumbo POSTER.

have nothing to say anymore, so i'd better go and enjoy my SE Album. hehehe.

BIGBANG!!! I LOVE YOUUUU!!

3.3.11

Boyish-Faced-Girl's Birthday and Her Big Fluffy Lazy-Faced-Garfield

March, 2nd 1993, a boyish-faced-babygirl born and met the glowing world.

Okaaaaay, so the boyish-faced-babygirl is me. And yesterday was my 18th birthday. Yaaaaay! *claps*

Unfortunately, yesterday was my 1st day of "moon-visiting". PLUS, all my family didn't remember my birthday at all. What a gloomy morning i had. *sigh

First thing that came up to my mind was: Yeah, i never expect anything from my birthday. It's not my family's tradition to celebrate birthdays. But please, could you guys just say "Happy Birthday"? It's only 2 words, but it means a lot.

At school, i only got slaps from my friends. Now that's a tradition. Slapping 18 times in the cheek.

Man, it hurts!

It's quite awkward when everybody shakes your hand and says "Happy Birthday", isn't it? I don't really like that awkward moment.
But i do like and appreciate you guys' wishes. :)


And i don't think they "do" remember my birthday. =/ i think they were just following when others greeted me and and slapped me. But that's alright, since i don't remember their birthdays too. :p

Thanks to facebook as my birthdays reminder

Okay, enough with the story about my gloomy birthday yesterday.

Today is just like my greatest day ever. Well, not that great actually. Kidding, you guys!!!! :p Seriously, today's is a blast.

All my friends acted awkwardly towards me today. Well, i'm feeling it actually. They talked to each other with low voices and avoided an eye contact with me. I was just like: "Think they don't want to talk to me right now. Fine, not in the mood to talk either."

When the school was over, we usually gather in the school's cafeteria and chit chat while having our lunch. The strange thing was, they started to disappear one by one. "I gotta go, sorry!" <<>

Now it's just me, Serly, and busy Meutia sitting there.

Finally, they returned. Again, awkwardly. (Haha! You guys can't act. :DD) They approached me and made a line (It's 100% weird and awkward). They shouted: "Happy Birthday, Nita!" and the slapping tradition began again. They gave me a gift. It's quite big and fluffy. It's a pillow. Of course. "It's so fluffy i'm gonna dieeeeeeeeeee!!!"

I AM THE HAPPIEST GIRL ON EARTH!

Thank you you guys! :* It means a lot, really! And i really grateful that Allah gives me wonderful and caring friends like you guys. And thanks to my parents and family too! Tho they didn't give me any present, but their wishes and prayers are greater than a gift. :'))

I LOVE MY PARENTS!

I LOVE MY FRIENDS!

THAAAAAANKS!!

This is my birthday present:

"A Big Fluffy Lazy Faced Garfield"

And this is Garfield-faced-me:

And my brother wants to try some:


3.2.11

Baby Goodnight - GD & TOP MV

All i want to say right now is:
"KYAAAAAAAAAK!!!! FINALLY IT'S OUT!"

Baby Goodnight is my favorite song among them all GD & TOP songs! I like love this song so much and i think i will love the music video too.

How can you hate such a beautiful and seducing music video like thiiissss????!!!

I love everything about it. I even love to imagine myself as GD’s girlfriend somehow. Kekekeke.

It’s not that ‘pervie’ thought, for sure. Sleeping on his lap and listening to his voice while reading me a bedtime story, when I sleep he blanketed me with his jacket, sooooooo romantiiiiic!!!

I know I’ve been too drama queen, but I can’t help myself to stop shouting like crazy whenever I see this MV.

GD is GOD. Literally. I’m being too much? Whatever.

Snake, Strawberry, Cherry, and Wine. Those are Baby Goodnight.

Let’s sing along with GD and TOP!

KOREAN


Baby Good Night
Baby Good Night
Baby Good Night
Baby Good Night
Baby Good Night
그대가 잠든 모습 그려볼까
더는 수줍어 이미 나만의 여자인걸
잘은 몰라도 내겐 그래
그댄 내게 과분한 존재
완벽해 옆에 있어주니 감사해 baby my lady
(I’ll always love you girl)
한줄기 빞이 흐르네
어두운 발코니 사이
완벽한 실루엣 평온해지는 밤의 향기가
코코넛 오일같다
마치 너에게 처음 고백했었던
혹시 기억하니
나는 귓가에 이리와 가까이
너무 근사해 주금깨를 가진 새빨간 딸기
그위를 감싸버린 whipping cream 되어
Know how much I love you beautiful girl
내게는 아이 그림처럼
그건 그림자 앞에 멈춰 버린채
아무것도 못해
떨리는 목소리로
바짝 마른 입술로
한걸음 내게로 살포시 속삭여줘
주위에 불빛들이 춤을 항상 꿈을
Baby Good Night
Baby Good Night
Baby Good Night
Baby Good Night
Baby Good Night (Don’t wanna say goodbye)
Baby Good Night (Don’t wanna say goodbye)
Baby Good Night (Don’t wanna say goodbye)
Baby Good Night (Don’t wanna say goodbye)

toi ,mon ceremon
je t’aimerais epris vais
comme si c’etait notre derniere nuit
ne pas peur
meme si le soleil celebrer
nous sommes toujours ensemble
ma cheri

ROMANIZATION


Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night~

Baby good night YEAH
Geudaega jamdeun moseub geuryeobolkka
Deoneun sujubeo ma
Neon imi namaneui yeoja ingeol

Jareun mollado naegen geurae geudaen
Naege gwabunhan jonjae
Neon wanbyeokhae
Nae gyeote isseojuni gamsahae baby
OH lady
OH I love you girl

Han julgi bichi heureune eoduun
Balkkoni teum sai wanbyeokhan shilluet
Hyeongunhaejineun i bameui hyanggiga
Kkokkoneothyang oilgatda
Machi neoege cheoeum gobaek haesseotdeon nal
Hokshi gieokhani? Naneun ne gwitgae
Iri wa gakkai neon neomu geunsahae
Jugeunkkaereul gashin saeppalgan ttalgi
Naneun geuwireul gamssabeorin hwiphingkkeurimi
Dweeobeoryeotji

You know how much I love you, beautiful girl
(Naegen hanaeui geuromcheoreom)
Tteugeoun geurimja meomchweobeorin chae
(Amugeotdo mothae)
Tteollineun moksoriro

Bajjak mareun ipsullo
Hangeoreum deo naegero
Salposhi soksagyeojweo
Chihan bulbit deuri chumeul chweo
Nae salmi ni kkumeul kkweo

Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night~
Baby good night I don't wanna say good bye
Baby good night I don't wanna say good bye
Baby good night Don't wanna say good bye
Baby good night I don't wanna say good bye

Kkaman bam eodumi chajaomyeon
Geu yeppeun nuneul gamgo jami deun
Jeo chimdae mate anja
Nan ni meorikkarageul neomgigo
Geudae eolgureul maju bomyeonseo
Nae sarangeul jeonhago shipeo
Idaero shigani meomchweobeoryeo sseumyeon hae
Itorok dangshineun areum dabgiman hae

HEY sweetheart
Nan modeunge iksokhal geot gata
Neoeui gwiyeoun jilmun
Geuseo areumdabda sarang widaehan himeun
Seoro ibsuri bulgeojin uri
Nuneul majuchigo geurae chom deo gipsukhi

You're ma beautiful girl
Geudaen nae gaseume gyesok bureul buchyeo
Sangkkwaehan mint gateun hint
Naege jeongdabeul gareuchyeoweo sweet girl
You're ma beautiful girl
Geudaen nae gaseume gyesok bureul buchyeo
Sangkkwaehan mint gateun hint sangkkwaehan mint
Hint jeongdabeun baro neo

Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night~
Baby good night I don't wanna say good bye
Baby good night I don't wanna say good bye
Baby good night Don't wanna say good bye
Baby good night I don't wanna say good bye

Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night~

ENGLISH TRANSLATION


Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night

GD
Baby good night
Should I draw the image of her sleeping
Don't be shy anymore, You're already my girl
Even if it's not clear it's that way to me
You're more than I deserve
You're perfect, Thank you for being by my side baby, my lady

TOP
(I'll always love you girl)
A ray of light trickles in
Through the cracks of the dim balcony
A perfect silhouette, this calming night's aroma
Is like a coconut scented oil
Just like the day I confessed to you
Do you remember?
I whisper in your ears, Come closer
You're too fine
A freckled crimson strawberry
And I become the whipping cream that wraps around

GD
Know how much I love you beautiful girl
Like a picture of a child to me
And frozen before a shadow
There's nothing I can do
With a shaky voice
With dry lips
(Come a step closer to me and tenderly whisper)
The surrounding firelight dances
I always dream of you

Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night

Baby good night (Don't wanna say goodbye)
Baby good night (Don't wanna say goodbye)
Baby good night (Don't wanna say goodbye)
Baby good night (Don't wanna say goodbye)

GD
When the darkness of the black night finds us
Those beautiful eyes close and drift off
I sit by your bed
And caress your hair
Looking into your face
I want to convey my love
I wish time would stop like this
You are just so beautiful

TOP
(Hey sweetheart)
That I'd be familiar with everything
Your cute question
It's just beautiful, the great power of love
Our lips redden
Our eyes meet, Yes a bit deeper
You're my beautiful girl
You light the fire in my soul
Refreshing mint, the same hint
Teach me the answer sweet girl
You're my beautiful girl
You light the fire in my soul
Refreshing mint, the same hint
Refreshing mint, hint
The answer is you

Baby good night
Baby good night
Baby good night
Baby good night

Baby good night (Don't wanna say goodbye)
Baby good night (Don't wanna say goodbye)
Baby good night (Don't wanna say goodbye)
Baby good night (Don't wanna say goodbye)

(French)
Your closed eyes, your smell
Your voice to me as profound as your favorite red wine
I feel like an actrice in a movie
everythin ia fabulous with you.

CREDITS
Hangul by: teambigbang
Romanization by: B o o Y i . r A g A m U f F i N ™ (thanks to Isabel Puig for posting the romanization below at the comment box! ^^)
Translation by: FLIBBERTIGIBBET@6theory.com